وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧
Syukur itu diwujudkan dalam tiga aspek :- Syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia yang diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya.
- Syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya.
- Syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribada kepada-Nya dan menggunakan karunia itu untuk kebaikan.
Allah SWT telah memberikan kepada kita sekalian umat manusia berbagai macam nikmat, dalam jumlah yang tiada terhingga banyaknya, baik yang terasa maupun yang tidak disadari, baik yang diminta maupun tanpa diminta terlebih dahulu, seperti nikmat penglihatan, pendengaran, kesempurnaan anggota tubuh dan lain-lain. Sehingga apabila seluruh air yang ada di lautan dan daratan dijadikan tinta serta seluruh dedaunan di muka bumi ini dijadikan catatan, maka tidak akan cukup untuk menuliskan seluruh nikmat yang telah Allah berikan kepada kita manusia. Dan bahkan kita sama sekali tidak akan mampu menghitungnya.
Firman Allah dalam Al-Quran :
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. (QS Ibrahim ayat 34)
Sedangkan dalam memberikan nikmat ini Allah tidak pandang bulu, apakah manusia itu beriman atau kafir, ahli taat atau ahli maksiat, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin, diminta maupun tidak diminta, kesemuanya itu diberi nikmat oleh Allah sesuai dengan irodah-Nya.
Ketika kehilangan sesuatu, ketika mengalami kerugian, atau ketika tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, sering kali jiwa kita bergelora sehingga patah semangat, tidak lagi memiliki motivasi. Kita sering lupa mensyukuri yang sudah kita miliki, kita juga sering melupakan hikmah yang tak ternilai dari suatu kegagalan yang semestinya kita syukuri.
Padahal berdasarkan ayat di atas, jika kita mahu bersyukur maka Allah menjanjikan akan menambah nikmat kepada kita. Oleh sebab itu kita seharusnya menyukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita, kita juga mesti mensyukuri apa yang kita dapatkan meskipun sekecil apa pun. Ini adalah rahsia Allah melipat gandakan nikmat kepada kita. Ketika mana kita berusaha, syukurilah nikmat yang kita perolehi agar ditambah oleh Allah SWT.
Jadi, tetaplah semangat walaupun hasil kita kecil, sebab jika kita mensyukurinya, yang kecil tersebut boleh menjadi besar. Alangkah jahilnya orang yang tidak mahu mensyukuri nikmat Allah SWT. Mereka sering menyangka bahawa yang namanya nikmat itu adalah rezeki dalam bentuk kebendaan dalam kuantiti jumlahnya besar. Padahal tidak, nikmat yang sudah kita perolehi itu sangat banyak, jika kita berusaha untuk menyebutkannya, kita tidak akan mampu.
Nikmatilah hidup, tetaplah semangat walaupun hasilnya kita, kerana kita boleh melipat gandakannya dengan mensyukurinya. Renungkanlah, betapa banyaknya nikmat yang sudah kita miliki. Jangan risau, jangan takut untuk gagal, sebab kegagalan sebesar apa pun tidak akan menghabiskan nikmat-nikmat yang ada pada diri kita.
Lalu apa hikmahnya pemberian nikmat Allah ini bagi manusia ?
Justru di sinilah permasalahannya. Dari sisi bagaimana cara manusia menerima nikmat inilah kemudian manusia menjadi terbagi ke dalam dua golongan.
Pertama, golongan manusia yang akan mendapatkan nikmat abadi, yaitu golongan manusia yang hidupnya di dunia ini merasakan nikmatnya terus bertambah-tambah dan ujungnya mereka akan memperoleh kenikmatan abadi di akhirat kelak, kenikmatan mendapatkan surga Allah SWT. Mereka itulah orang-orang yang senantiasa bersyukur dan selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya.
Kedua, golongan manusia celaka, yaitu golongan manusia yang ketika hidup di dunia dicabut kenikmatannya oleh Allah, atau mungkin ditambah kenikmatannya sebagai bentuk kebencian Allah kepadanya (sebagai istijrodz), namun di akhirat kelak akan mendapat siksa neraka yang amat pedih. Naudzubillah tsuma naudzubillah.
Firman Allah SWT dalam Al-Quran:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم: 7
“Dan jika kamu sekalian bersyukur atas nikmat yang Aku berikan, maka niscaya akan Aku tambah nikmat-Ku untukmu. Dan jika kamu sekalian kufur atas nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku itu sangat pedih”. QS Ibrahim ayat 7
Dan firman-Nya yang lain:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (البقرة : 152
“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku mengingatmu, dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kamu sekalian kufur”. QS al-Baqarah 152
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ (آل عمران : 145
“Dan lagi akan Aku balas orang-orang yang bersyukur dengan pahala yang amat besar”. QS Aali Imran ayat 145
Serta sabda Nabi SAW yang maknanya:
“Diseru pada hari kiamat golongan Hamadun (orang-orang yang memuji Allah SWT) untuk berdiri, maka berdirilah mereka itu dalam satu himpunan/kelompok, lalu diberikan kepada mereka itu satu panji / bendera, kemudian mereka masuk ke dalam surga. Rasulullah SAW ditanya: Siapakah Hamadun itu ya Rasulallah ? Jawab Rasul SAW: mereka itu adalah orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dalam setiap hal”.
al-Imam Jalaluddin Al-Mahali dan al-Imam Jalaludin As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalen menyatakan bahwa manifestasi syukur nikmat adalah dengan jalan meningkatkan tauhid dan thoah kepada Allah SWT, sedangkan kufur nikmat adalah dengan jalan kufur kepada Allah dan melakukan kemaksiatan.
Artinya, jika kita ingin mengetahui apakah kita termasuk golongan manusia yang syukur nikmat atau yang kufur nikmat, tinggal kita hitung-hitungan (muhasabah) apakah kita termasuk ahli tha'at atau ahli maksiat dalam seluruh perilaku kehidupan kita.
Dengan kata lain, jika ingin termasuk golongan yang beruntung, maka tingkatkan terus keimanan dan ketaatan kita kepada Allah, dengan cara memperbanyak menghadiri majelis-majelis ilmu / pengajian, karena dengan sering hadir dalam majelis ilmu, iman dan semangat ibadah kita akan bertambah. Kemudian berusahalah untuk meningkatkan segala amal ibadah kita, baik ibadah mahdloh (tertentu) maupun yang ghoer mahdloh (umum) sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW sebagaimana yang diperoleh dalam majelis-majelis ilmu tersebut. Sebaliknya berusaha keraslah dengan bersungguh-sungguh (bil jiddi wal ijtihadi) untuk menghindari perbuatan-perbuatan maksiat sekecil apapun.
Dengan demikian, insya Allah kita akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur sebagaimana dimaksud ayat di atas, yaitu golongan orang-orang yang akan mendapat keridlaan dan kenikmatan surga Allah SWT. Amin ya Robbal alamin.
Hujatul Islam al-Imam Al-Ghazali.rhm dalam kitabnya Bidayatul Bidayah menyatakan bahwa dalam hakikat syukur itu terhimpun tiga perkara;
Pertama, Ilmu yakni harus engkau ketahui bahwasannya segala nikmat itu datangnya dari Allah SWT bukan dari lainnya. Dan jika engkau lihat datangnya nikmat itu dari yang lain selain dari Allah, maka itu semata-mata hanya sabab saja yang di zhohirkan oleh Allah Ta’ala padanya. Jadi hadirkanlah dalam hatimu keyakinan tersebut pada setiap keadaanmu.
Kedua, Hal (keadaan) yakni engkau terima dan engkau junjung nikmat itu datangnya dari Allah SWT, dan engkau suka kepada yang memberi nikmat itu yaitu Allah SWT, kemudian engkau takdimkan/ engkau agungkan Allah SWT serta engkau rendahkan dirimu di hadapan-Nya.
Ketiga, Amal yakni engkau perlakukan segala nikmat Allah itu untuk segala hal yang disukai oleh-Nya dan engkau jauhkan daripada segala hal yang dibenci oleh Allah SWT. Karena segala anggota badanmu itu nikmat dari Allah SWT, dan segala ibadah itu disukai oleh Allah, sedangkan segala maksiat itu dibenci oleh Allah SWT.
Pergunakanlah matamu itu untuk membaca Al-Quran dan kitab ilmu, untuk melihat langit dan bumi serta sekalian mahluk Allah agar sampai kepada hatimu mengetahui akan Tuhanmu yang menciptakanmu dan sekalian mahluk.
Dan pergunakanlah telingamu untuk mendengarkan dzikir, mendengarkan Al-Quran, dan mendengarkan ilmu yang memberi manfaat kepada akhirat. Janganlah engkau dengarkan segala yang haram, segala yang makruh dan segala yang sia-sia.
Pergunakanlah lidahmu untuk dzikrullah dan membaca Al-Quran serta mengucap syukur dan alhamdulillah (memuji) kepada Allah sebagai bentuk mendohirkan rasa syukur atas nikmat yang datang kepadamu.
Demikian pula pergunakanlah tanganmu, kakimu, dan seluruh anggota badanmu untuk melakukan segala hal yang disukai oleh Allah SWT, serta untuk menjauhi segala hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Dengan demikian mudah-mudahan kita dimasukan ke dalam golongan ahli syukur nikmat, dan semoga Allah memberikan kekuatan, kemampuan dan kemauan kepada kita untuk dapat mempergunakan hati dan seluruh anggota badan kita kepada hal-hal yang disukai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW serta untuk menjauhi segala hal yang dibenci oleh-Nya dan dibenci oleh Rasul-Nya. Amin ya Robbal alamin.