Imam Syafi’i lahir tahun 150 H, yaitu
pada tahun meninggalnya Imam Abu Hanifah rahimahullah. Nama
lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin
Saib bin Ubaid bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Al-Mutholib bi Abdi Manaf bin
Qushai Al-Quraisy Al-Mathlabi Asy-Syafi’i Al-Hijazi Al-Maliki.
Beliau mengembara mencari ilmu
agama, nahwu, adab dan juga fiqih, membaca Al-Muwatho’ dihadapan
Imam Malik, bahkan menghafal lancar hingga Imam Malik kagum akan bacaannya.
Kecerdasan yang luar biasa, akhlak yang mulia dan berpegang teguh dengan
Sunnah. Selain itu beliau sering berdiskusi dengan Muhammad bin Al-Hasan di
Irak, menyebarkan hadits, menanamkan kaidah-kaidah mahzhab dalam menetapkan
hukum dan menyebarkan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Dan Imamnya ahli hadits zaman itu, Abdurrahman bin Mahdi meminta beliau menulis
sebuah buku tentang Ushul Fiqih.
Diantara Perkataan Mulia
Beliau
Beliau seorang yang fakir,
sebagaimana perkataannya : “ Aku tidak memiliki harta dan sejak kecil
telah menuntut ilmu ( pada waktu berumur dibawah 13 tahun ) dan aku pergi
belajar dengan meminta punggung kulit buku ( kulit buku yang telah
dipakai) dan aku menulis pelajarannya di sisa kertas tersebut”.
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan
:
“Kebaikan dunia dan akhirat
terdapat dalam 5 hal :
- Jiwa yang senantiasa merasa cukup.
- Menolak gangguan
- Usaha yang halal
- Taqwa
- Selalu yakin terhadap Allah ‘Azza wa Jalla apapun
yang terjadi ”.
Harmalah berkata, “Aku mendengar
Asy Syafi’i berkata, ‘ Aku mendambakan semua ilmu diamalkan oleh orang
sehingga aku mendapatkan pahala, namun mereka tidak pernah memujiku‘”.
Bukti Kecerdasan Asy-Syafi’i
Ada sebagian ulama Iraq ingin
menguji kecerdasan beliau dalam menjawab teka-teki yang rumit.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang sangat mengagumi kepandaian beliau
juga hadir dalam majelis tersebut. Diantara teka-teki yang diajukan kepada
beliau adalah :
- Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang
menyembelih kambing dirumahnya kemudian dia keluar untuk suatu keperluan,
lalu dia kembali lagi, lantas dia berkata kepada keluarganya, “ Makanlah
kambing ini!, sungguh kambing ini haram bagiku!”, keluarganyapun
berkata, “Demikian juga haram bagi kami”?.
Jawaban Imam Syafi’i rahimahullah
:
“ Sesungguhnya laki-laki
tersebut merupakan orang musyrik. Dia menyembelih kambing atas nama berhala,
lalu dia keluar dari rumahnya untuk suatu keperluan dan ternyata Allah memberi
hidayah kepadanya. Untuk memeluk agama Islam lalu dia masuk Islam, maka kambing
tersebut haram baginya. Ketika para keluarganya tahu bahwa lelaki tersebut
masuk Islam, maka merekapun ikut masuk Islam, maka kambing tersebut juga
diharamkan atas mereka”.
- Ada dua muslim yang sama-sama berakal minum arak.
Salah satunya dikenai hukuman sedangkan yang lainnya tidak dikenai hukuman
?
Beliau menjawab : “Sebab salah satunya baligh, sedangkan
lainnya masih kecil (belum baligh)”.
- Ada lima orang melakukan zina terhadap seorang
perempuan maka orang pertama harus dibunuh, orang ke dua dirajam, orang
ketiga dikenai hukuman zina (non rajam,pent.), orang ke empat dikenai
separoh dari hukuman zina dan orang kelima tidak dikenai sanksi apapun.
Jawab beliau : “ Orang pertama menganggap zina merupakan
perbuatan yang halal sehingga dia murtad dan dia harus di bunuh. Orang kedua
adalah muhshon ( orang yang pernah menikah, orang ketiga adalah ghoiru muhshon
( belum pernah menikah ) orang ke empat adalah budak. Sedangkan orang kelima
adalah orang gila”.
- Ada dua laki-laki diatas loteng rumah, salah
satunya terjatuh dan mati. Anehnya istri lelaki satunya yang masih hidup
menjadi haram baginya.
Imam Syafi’i pun menjawab:
“ Sesungguhnya lelaki
yang terjatuh sampai mati menikahkan anak perempuannya kepada budaknya yang
menemaninya di atas loteng. Ketika laki-laki tersebut meninggal dunia maka anak
perempuannya memiliki budak yang merupakan suaminya sendiri, maka perempuan tersebut
haram baginya”.
Begitulah Imam Asy-Syafi’i, sosok
cerdas, banyak ide, tajam pemahaman dan bagus daya tangkapnya.
———————————————–
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah
Murojaah: Ustadz Sa’id Abu
Ukasyah
Referensi :
- Hiburan Orang-Orang Sholih ( terjemahan.), Muhammad
Amin Al-Jundi, Pustaka Arofah, Solo, Cetakan ke- I 2011
- Perjalanan ‘Ulama Menuntut Ilmu ( terjemahan ) Abu Annas Majid Al-Bantani , Darul Fallah, Bekasi, cet ke 4 2012